OLDBOY

OLDBOY
LOGO

Minggu, 30 Oktober 2011

Irit atau Pelit

Irit dan pelit adalah dua hal yang sangat ironis. Keduanya hampir tidak dapat dibedakan, karna perbedaannya hampir tidak dapat dideteksi. Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk membedakan mana yang pelit dan mana yang irit. Tidak semua orang yang pelit itu irit, juga tidak semua orang yang irit itu pelit. Tapi orang yang pelit itu biasanya irit, sedangkan orang yang irit itu tidak berarti pelit. Berikut ini adalah beberapa gejala yang bisa mendeteksi, pelit atau irit kah suatu tindakan seseorang itu.

1.      
Kepada siapa pelit dan irit itu.Kalau dikatakan pelit, hal itu biasanya berhubungan dengan orang lain. Tidak sedikit pula orang yang pelit terhadap diri sendiri. Namun bila dikatakan irit, hal ini hanya khusus untuk diri sendiri. Contoh kecil ini mungkin akan mempermudah mendeteksi kapan disebut pelit, juga kapan di sebut irit; Makanan kita sehari-hari adalah tempe, tahu dan sambal terasi. Ketika kita kedatangan tamu, dan tamu tersebut tidak datang setiap hari. Wajarkah bila menghidangkan tempe dan tahu saja, padahal uang belanja masih ada?

2.      
Objek yang di-irit dan pelit-kan.Seberapa akuratkah objek yang dipelitkan dan diiritkan dapat mendeteksi? Apabila orang tersebut dapat membedakan mana keperluan yang primer, sekunder dan tersier, dalam konteks ini masih dikatakan irit. Tapi apabila sudah tidak dapat membedakan ketiga-tiganya, maka hal ini masuk kedalam golongan pelit. Contoh; Kita masih bisa untuk tidak beli handphone yang bertipe tinggi, dengan menggunakan handphone yang standarnya saja. Tapi jangan sampai tidak beli sabun untuk mencuci baju, padahal baju sudah seminggu tidak dicuci.

3.      
Waktu harus irit dan pelit.Waktu harus mengirit kadangkala memerangkap kita dalam pelit. Saking ingin irit kadangkala kita tidak sadar bahwa kita sudah tidak bisa membedakan mana yang irit dan mana yang pelit. Artinya, pada waktu-waktu tertentu kita harus meninggalkan irit, hal ini kita lakukan supaya tidak ada kesan pelit yang nantinya akan merugikan kita. Contoh; Kita punya sepeda dayung dan sepeda motor. Dalam keseharian, kita mendayung sepeda ke kampus untuk menghemat bensin, apalagi harga bensin sedang melambung tinggi. Ketika ada tes dan bangun juga kesiangan, tidak ada salah nya untuk kehilangan bensin. Jangan sampai, karna ingin menghemat kita terus ketinggalan tes.

4.      
Demikian tiga langkah untuk mendeteksi kepelitan dan keiritan. Subjektif dan objektifnya keiritan itu sangat ironis dengan kepelitan, hal itu akan semakain terdeteksi dengan keaktualan keadaan ataupun kondisi. Sudah benarkah cara kita menghemat? Adakah cara yang kita lakukan sudah cukup menguntungakan, atau justru merugikan? Kalaupun merugikan, cukupkah kita sendiri yang menaggung tanpa melibatkan orang lain? Anda sendiri tahu jawabannya.





sumber : http://www.pewarta-indonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar